Berita di televisi kini telah menjadi bagian yang tidak terpisah dari masyarakat Indonesia. Menariknya lagi berita yang ditonton masyarakat justru berita berita yang berasal dari televisi swasta. Sementara TVRI yang merupakan satu-satunya TV pemerintah gagal bersaing dengan TV swasta dalam semua acara dalam menjaring pemisa termasuk acara berita.
Gegap gempita kasus Gayus Tambunan, bencana alam, unjuk rasa, tingkah laku aparat pemerintah, sidang pengadilan, kerusuhan, bahkan kemacetan lalu lintas dari seantero dunia dapat dengan mudah disaksikan di layar televisi. Semua ini berkat perkembangan teknologi penyiaran yang sangat pesat. Bahkan sepasang remaja yang menyanyikan lagu secara “lip sing” dan diup-load via YOU TUBE mampu menjaring jutaan penonton. Sebuah terobosan yang luar biasa.
Perkembangan dunia media yang demikian pesat menjadikan media sebuah industri yang harus dikelola dengan professional dan efisien. Penggunaan sumber daya manusia tidak lagi harus padat karya tetapi dengan perhitungan yang cermat. Jika tidak maka industri media tidak akan bertahan lama dan gagal bersaing.
Kata kunci untuk hal ini adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Selain berkualitas, mereka juga harus mampu melakukan beberapa tugas sekaligus. Untuk peliputan berita misalnya, kru liputan yang bertugas mesti berangkat dengan mobil, sopir, kameraman, audioman merangkap lightingman dan seorang reporter. Ini berarti perlu 4 orang untuk setiap berangkat liputan. Jika harus meliput 10 topik bersamaan maka harus mengeluarkan 40 kru, bertarung dalam kemacetan Jakarta, suatu jumlah yang sangat besar.
Untuk mengatasi hal ini Sekolah Media CBN membuka kelas Video Journalisme yang akan dimulai pada 16 Pebruari 2011. Pelatihan ini dirancang untuk mencetak peserta didik menjadi reporter, yang bisa menggunakan kamera dengan baik dan mampu mengedit gambar hasil liputannya. Dengan demikian lulusan kelas Video Journalisme ini mampu bekerja dengan sangat efisien, professional dan hasil kualitas sesuai dengan standart broadcast.
Beberapa nama tokoh media sangat mendukung gagasan ini, bahkan bersedia menjadi salah satu instruktur. Nama-nama tersebut adalah Don Bosco Selamun – Pimred Liputan 6 SCTV, Sumita Tobing - pakar televisi, Kristanto Hartadi - mantan Pimred Sinar Harapan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Semua pelatihan diadakan di Kampus Media, Sekolah Media CBN Lippo Cikarang dengan menggunakan studio berstandart international, dengan batasan peserta hanya 15 orang.
Visi Sekolah Media CBN adalah membangkitkan sebanyak-banyaknya pelaku media, yang mampu memproduksi acara televisi yang memberikan dampak yang positif bagi bangsa Indonesia. Khusus untuk kelas video Journalisme ini akan diadakan selama 5 minggu dan diharapkan lulusanya memiliki kemampuan dasar yang baik, bekerja professional, tangguh dan memilki hati misi di bidang pemberitaan televisi.
Untuk informasi lengkap dan syarat-syarat pendaftaran, silahkan log on di www.sekolahmediacbn.wordpress.com atau email kami di [email protected].
Sumber : Sekolah Media CBN